✧.* 035.


Setelah mendapat kiriman foto seekor anak anjing, Shenna yang sedikit terkejut itu langsung bergegas menuju pintu apartemennya.

Selama ia melangkahkan kakinya, tak henti-hentinya Shenna menyebut nama Jidan, menyiapkan ancang-ancang jika lelaki tersebut berbohong padanya.

“Heh! Ini beneran anak anjing Jidan, lo nyulik dari mana?”

Shenna terkejut dengan pemandangan di depannya saat ini, pasalnya Jidan benar-benar sedang menggendong anak anjing kecil berwarna putih yang sudah sempat Shenna lihat di foto tadi.

“Enak aja nyulik. Nih, pegang dulu.” jawab Jidan tidak terima, sambil memberikan anak anjing tersebut kepada Shenna, agar Shenna yang menggendongnya.

“Eh, terus? Atau lo emang punya?”

Jidan menggeleng, “Enggak, tadi di jalan gua nggak sengaja liat Petshop. Gua inget lo sering maki-maki gua 'anjing', jadi sekalian aja gua beli anjing beneran.”

“Nggak ada hubungannya?”

“Ada, gua yang hubungin.”

“Gak jelas. Jadi ini maksudnya, anjingnya buat gue?”

Jidan terkekeh mendengar pertanyaan dari Shenna, ditambah dengan wajah polosnya itu. “Mau banget lo, gua beliin anjing?”

Mendengar jawaban dari Jidan membuat Shenna memutar matanya, memang tidak seharusnya ia mengharapkan hal tersebut dari Jidan.

Belum sempat Shenna menjawab lagi, tiba-tiba saja Jidan langsung melangkahkan kakinya, dan masuk ke dalam apartemen Shenna tanpa mengucapkan apapun, bahkan permisi pun tidak.

“Heh! Asal masuk aja, emang gue bolehin lo masuk?” Shenna sedikit berteriak sambil mengikuti langkah kaki Jidan yang bergerak dengan santainya menuju ruang tengah, lalu duduk di salah satu sofa yang ada di tempat itu.

Shenna menghela nafasnya, lagi-lagi ia harus sangat sabar menghadapi Jidan.

“Apart lo rapi juga ya ternyata.”

Shenna ikut mendudukkan dirinya di sofa, sambil menaruh anak anjing tersebut di pangkuannya. “Ya iya lah, kenapa? Apart lo pasti berantakan.”

“Sok tau.”

“Berarti gue bener.”

“Yaudah, kalo gitu, bantu rapiin.” ucap Jidan dengan santainya.

“Ogah.”

Jidan terkekeh, kali ini tatapannya teralih pada anak anjing yang saat ini ada di pangkuan Shenna. Jidan tersenyum tipis melihat bagaimana Shenna dengan lembut mengelus anak anjing tersebut.

“Itu, anak anjingnya belom gue kasih nama.”

“Yaudah, namain dong.”

“Apa ya? Nama yang cakep gitu. Biar keren, kayak gue.”

“Gue tau.”

“Apa? Sampe lo sebut ji-”

Belum sempat Jidan menyelesaikan kalimatnya, Shenna dengan cepat mencelah. “Jidan.”

“Gua udah tau isi otak lo, dasar. Masa nama gua disamain sama anjing.”

“Eh, jangan deh. Dia lucu, lo enggak. Apa ya, Oreo?”

Mainstream banget, lagian dia putih polos.”

“Apa hubungannya?”

“Oreo kan hitam putih.”

Shenna mengangguk, “Iya juga, sih.”

“Gue tau.”

“Apa? Perasaan gue gak enak nih.”

“Shenji.”

“Kan.” jawab Shenna dengan wajah datarnya, berbanding terbalik dengan Jidan yang terlihat bersemangat menyebut nama tersebut.

“Shenna Jidan, hahaha. Lucu banget dah.”

“Gak jelas lo, jelek banget, masa namanya shenji.”

“Ya itu bagus, dari pada gua ambil dari huruf belakang, nanti jadinya 'dana', jadi aplikasi itu mah.”

Jidan tertawa renyah, sedangkan Shenna hanya menggelengkan kepalanya. “Jayus, lo!”

“Berarti fix, shenji aja.”

“Gak kreatif banget. Lagian kan, ini anjing lo, ngapain nama gue ikutan juga?”

“Suka-suka gua dong?”

“Ck, capek gue ngomong sama lo.”

“Nanti gua bakal sering nitipin dia ke lo, ya?”

“Ngerepotin.”

“Jahat banget omongan lo? Kasian shenji. Huhu, maaf ya shenji, ini cewek emang suka nyakitin omongannya.” ucap Jidan dengan wajah sok sedihnya sambil ikut mengusap anak anjing yang ada di pangkuan Shenna.

“Gak usah dramatis, bisa nggak?”