✧.* 087.
Saat ini Jidan dan Shenna sudah sampai di salah satu rumah mewah yang letaknya dapat terbilang jauh dari apartemen tempat mereka berdua tinggali sekarang.
Setelah memasuki pekarangan rumah tersebut, Shenna sedikit terpukau melihat pemandangan rumah Jidan yang terlihat sangat mewah dari luar, dan juga dapat Shenna katakan bahwa rumah ini sangat luas. Mungkin jauh lebih mewah dari rumah milik kedua orang tuanya.
“Wow, ternyata keluarga lo termasuk rich family juga ya.” ucap Shenna tanpa sadar, saking terpukaunya dengan apa yang ada di depan matanya sekarang.
Hal tersebut membuat Jidan hanya menatap Shenna dengan sedikit terkekeh melihat gadis di sampingnya itu.
Cantik. ucap batin Jidan tanpa sadar.
“Ada gak ya, anak Galenta yang bukan dari keluarga kaya?”
Jidan sedikit bingung dengan pertanyaan yang dikeluarkan Shenna, “Ya ada lah, Na. Kita masuk Galenta juga karna tes masuk. Lagian, Galenta kan juga ada beasiswanya.”
“Iya, sih. Tapi kan, anak Galenta itu dominannya kaya.” jawab Shenna.
“Termasuk lo?”
Shenna langsung menoleh ke arah Jidan, dan menggelengkan kepalanya. “Yang kaya bukan gue, tapi bokap nyokap gue.”
“Ya sama aja lah, aneh lo.”
Sedikit perdebatan mereka saat sedang memasuki kediaman milik Jidan, ada saja hal-hal yang menjadi bahan perdebatan mereka.
“Loh, kamu? Nama kamu Shenna Auristella, kan?”
Pertanyaan mendadak tersebut membuat dua orang yang baru saja datang, langsung menoleh ke arah sumber suara. Shenna terkejut ketika namanya di sebutkan dengan lengkap oleh perempuan dewasa yang terlihat mirip dengan Jidan.
Ini, maminya Jidan? batin Shenna.
Shenna menganggukkan kepalanya dengan canggung, lalu sedikit menunduk tanda memberikan hormatnya kepada yang lebih tua. “Iya, tante. Aku Shenna.”
“Loh, mami kok tau Shenna? kan abang belum pernah kasih tau mami pacar abang yang mana?” Jidan sedikit membeku melihat maminya sudah mengetahui Shenna, bahkan dengan nama lengkapnya.
Maminya Jidan langsung tersenyum semangat, Ia menghampiri Shenna dan mengajak Shenna untuk beranjak dari tempatnya. “Yuk, ke ruang makan. Tante itu tau kamu, karena katanya kamu yang dapet nilai tertinggi buat masuk Galenta tahun ini, kan?”
Lagi-lagi Shenna hanya bisa mengangguk canggung, sambil mengikuti arahan maminya Jidan menuju ruang makan yang ada di rumah tersebut. “Iya tante. Kalau boleh tau, kok tante bisa tau aku?”
“Loh, kalau soal itu tante tau dong. Kamu dan Jidan sering jadi bahan perbincangan, kan? Tapi tante nggak nyangka kalau pacar Jidan itu kamu.”
Jidan sendiri hanya mengikuti dua perempuan cantik itu dari belakang. Ia sedikit kikuk, masih tidak menyangka maminya dengan cepat menerima Shenna untuk kenal dengannya.
Setelah sampai di ruang makan tersebut, Jidan mendahului Shenna, Ia menarik sedikit kursi yang ada disana, dan mempersilahkan Shenna untuk duduk di tempat yang sudah Ia sediakan. Shenna tersenyum tipis, hanya dengan gerakan mulut, ia mengucapkan sesuatu kepada jidan. “Tumben.”
“Jadi, kamu pacar anak saya?” tanya papi Jidan dengan nada yang sedikit terdengar seperti seseorang yang sedang mengintrogasi.
“Papi, apasih? Kenapa nanyanya gitu banget.” Jidan menjawab dengan sedikit tidak terima.
“Loh, kan papi cuma nanya abang. Pacarmu cantik. Nak, kok kamu mau sama anak saya?”
Pertanyaan iseng dari papi Jidan itu sontak membuat penghuni ruang makan tersebut tertawa, tak terkecuali Eza, adik satu-satunya Jidan.
“Enak aja.”
“Biasanya tuh, Jidan selalu main sama Jovan, sama Jarvis juga. Jadi saya sedikit nggak percaya waktu dia bilang kalau kamu pacarnya.” jelas papinya Jidan, dan hanya dijawab senyuman oleh Shenna, Ia masih sedikit canggung disini. Apalagi ini pertama kalinya Ia datang ke rumah Jidan, dan langsung dikenalkan oleh kedua orangtuanya.
“Oh, iya. Minggu depan papi ada acara sama kolega papi, acaranya agak besar. Kamu sama Shenna datang, ya?”
“Males, pi.”
“Yaudah papi tanya Shenna saja. Shenna, apa kamu bisa ikut?”
Shenna terdiam sebentar. Jika sudah mendapat pertanyaan seperti ini, mana mungkin Ia bisa menolak. Dapat terlihat dengan jelas, wajah Jidan yang tidak enak dengan Shenna. Mungkin sebenarnya juga Jidan tidak ingin datang, Tapi karena permintaan papinya, mau tak mau, Ia pasti harus datang walaupun tidak bersama Shenna.
Shenna mengangguk, “Iya, bisa kok. Nanti aku temenin Jidan buat dateng ke acaranya.”