✧.* 150.
Cw // kissing , kinda nsfw
Pukul dua pagi, Shenna belum dapat tertidur. Ia masih sibuk dengan segelintir tugasnya. Koreksi, sejujurnya Shenna memang belum bisa tertidur karena pikirannya sedikit berantakan sekarang.
Ya, Jidan pelakunya. Laki-laki yang biasanya tak pernah absen untuk menemuinya, bahkan hanya untuk sekedar mengganggunya, dan membuatnya marah, sekarang tiba-tiba saja menghilang tanpa kabar.
Selama tiga hari, berkali-kali Shenna bolak-balik ke pintunya hanya untuk sekedar mengintip apakah Jidan sudah pulang atau belum.
Katakan Shenna aneh, ia menyadari itu. Kali ini ia merasa sangat berbeda, sepinya biasanya terisi dengan Jidan dan segala kerandomannya seketika berubah.
Ingin sekali Shenna bertemu Jidan, walau hanya sekedar mengucapkan kata maaf. Ia juga sadar kok, kata-katanya waktu itu sedikit berlebihan. Mungkin saja kata-kata yang ia keluarkan bersamaan dengan emosinya saat itu menyakiti Jidan sekarang.
Tit! tit! tit! tit!
Lamunan Shenna terhenti begitu saja saat ia sadar, di depan pintu apartnya ada seseorang yang sedang mencoba memasukkan pin di pintu apartemen miliknya. Shenna bergegas ke depan, memastikan pelaku yang mencoba membuka pin apartemennya itu.
“Jidan?” dengan segera Shenna membukakan pintunya.
Shenna mengerjapkan matanya. Orang yang selama tiga hari ini memenuhi pikirannya, orang yang selama tiga hari ini tiba-tiba menghilang dari pandangannya, sekarang ada di depannya.
Jidan. Dengan leather jacket hitam kesayangannya, ditambah dengan topi hitam yang sedikit menutupi wajah tampannya, sedang berdiri di hadapan Shenna sekarang. Laki-laki tampan itu terlihat sedikit berantakan, mungkin belum sepenuhnya sadar.
“Ji, lo salah ruangan, apart lo di depan, ini apart gue.”
Bukannya membalikkan badannya menuju ke ruangan miliknya, Jidan justru mendekat ke arah Shenna.
Dengan perlahan ia merengkuh pinggang gadis dengan rambut yang sedang terurai itu, menariknya lebih dekat ke pelukannya, kepalanya terjatuh di pundak gadis tersebut tanpa mengucapkan sepatah kata apapun.
“Ji, you drunk.” ucap Shenna yang berusaha menenangkan dirinya dari serangan dadakan yang ia dapat dari Jidan.
Jidan menggeleng, “No, i’m not.”
“Kalau gitu lepas.”
Lagi-lagi Jidan menggeleng, ia semakin mengeratkan pelukannya. “Sepuluh menit, please.”
Shenna menghela nafasnya kasar, entah dorongan dari mana, ia mulai membalas pelukan Jidan, membiarkan kedua tubuh mereka saling bersentuhan dengan erat satu sama lain. Shenna dapat mencium wangi khas Jidan, ditambah dengan wangi alkohol yang masih melekat di tubuh si tampan ini.
“Yaudah, ayo masuk. Lepas dulu.”
Shenna berusaha melonggarkan pelukannya, berniat menyuruh Jidan masuk terlebih dahulu. Namun usahanya gagal, Jidan tidak mau melepaskan pelukan itu. Shenna mengalah lagi. Ia menuntun Jidan berjalan masuk kedalam apartnya, dalam keadaan masih memeluk satu sama lain.
Shenna membawa Jidan ke kamarnya. Setelah masuk, akhirnya ia berhasil melepas pelukannya, ia mendudukkan Jidan dikasur miliknya.
“Sini buka dulu jaket lo. Lo tuh ya, ngeselin banget. Sadar gak sadar, tetep aja ngerepotin gue!” omel Shenna sambil membantu Jidan membuka jaketnya yang berbau alkohol itu.
Terdengar suara kekehan pelan dari Jidan yang belum sepenuhnya sadar. Jidan bahagia, rasanya sangat tenang setiap kali mendengar omelan dari Shenna. Rasanya, dunianya kembali datang, setelah tiga hari sama sekali tidak mendengar suara Shenna.
“Malah ketawa!”
Jidan menarik Shenna agar mendekat ke arahnya, dengan jarak yang terbilang sangat dekat ini, Shenna menatap mata Jidan yang masih terlihat sayu.
Mereka terdiam, mata mereka saling bertemu. Rasanya seperti, mereka sedang menyalurkan rindunya masing-masing. Banyak kata yang tersimpan di dalam kepala mereka berdua. Sialnya, semua terhalang oleh ego mereka masing-masing. Mungkin, sekarang sudah saatnya salah satu dari mereka mengalah melawan ego, kan?
Tangan Jidan terulur ke pipi Shenna, ia menangkup pipi kecil Shenna dengan kedua tangannya, mengusapnya dengan lembut. Jidan tersenyum tipis melihat gadis di depannya ini. Satu kata yang mendeskripsikan Shenna, dimata Jidan, Shenna itu cantik. Semua hal yang ada di dalam diri Shenna itu cantik. Shenna yang galak, dan yang tetap hangat walau selalu ada kalimat pedas yang ditujukan padanya.
“Can i kiss you?”
Bahkan, tanpa menunggu persetujuan apapun dari Shenna, setelah ia mengucapkan pertanyaan singkat itu, ia langsung memajukan wajahnya, memutuskan seluruh jarak yang membatasi mereka berdua.
Sepersekian detik, bibir lembut milik Shenna menempel dengan sempurna ke milik Jidan yang sedikit kering namun terasa manis. Shenna terdiam, otaknya masih mencerna apa yang baru saja terjadi.
Jidan pun melakukan hal yang sama, ia tak bergerak dari posisinya. Jidan hanya mengecup bibir lembut Shenna dengan sedikit lama, sebelum akhirnya melepas kecupan manis tersebut.
Ia menunduk, lagi lagi pundak Shenna menjadi sasaran empuk dari kepala Jidan.
“You smell good.”
“Ji, lo sadar gak, lo abis ngapain?”
Jidan mengangguk, “Hm, i kissed you.”
“Na, mau tau sesuatu tentang gua?”
Dengan susah payah, Jidan mengungkapkan satu per satu kata dari mulutnya, agar tetap terdengar jelas.
“I miss you. Dan, gua sayang lo, Na. Maaf cara gua buat nunjukin diri gua di depan lo, terlihat aneh dan menyebalkan. Maaf, bukannya bikin lo senyum, gua justru berhasil bikin marah karna kelakuan gua. Tapi satu hal yang harus lo tau-”
Jidan menarik nafasnya panjang, sebelum akhirnya melanjutkan kalimatnya. ”I love you, and i really do.”
Setelah mengucapkan kalimat pengakuan secara tidak sadar, Jidan mengalungkan tangannya di pinggang kecil Shenna, memeluknya kembali dengan sedikit posesif, bahkan rasanya enggan untuk melepas pelukan itu.
Shenna masih terdiam, ia dapat merasakan nafas Jidan di lehernya dengan jelas. Tangannya perlahan membalas lagi pelukan dari laki-laki di depannya ini. Senyum kecil terukir di bibir Shenna. Lucu sekali rasanya, saat menyadari seseorang sedang memberikan pengakuan kepadanya dalam keadaan mabuk.
Shenna terkekeh, ia membayangkan bagaimana nantinya saat Jidan sadar, lelaki tersebut bisa saja lupa dengan hal yang sudah ia lakukan sejak tadi.
“Ah!” Shenna terkejut saat Jidan tiba-tiba saja menggigit lehernya dengan sedikit kasar. Tidak hanya sekali, namun berkali-kali. Jidan mulai asyik dengan permainannya di leher Shenna.
“Ji... mmphh” dengan sekuat tenaga Shenna menggigit bibir bawahnya sendiri, menahan dirinya untuk tidak mengeluarkan desahan. Pasalnya, bukannya berhenti, Jidan justru mengeratkan tangannya di pinggang Shenna, dan melanjutkan aktivitasnya di leher Shenna.
Desahan Shenna sudah tak tertahan lagi, suaranya mulai terdengar dan memenuhi kamar miliknya itu. Jidan tidak berhenti, mendengar desahan Shenna justru membuatnya semakin semangat. Kepalanya justru berpindah, menuju ke bagian leher Shenna yang satunya dan menggigitnya lagi dengan kasar, meninggalkan banyak tanda disana. Seolah ia ingin memamerkan kepada dunia, gadis ini miliknya, tidak ada satupun orang yang boleh mengambil gadisnya ini darinya.
Satu hal yang ada dipikiran Shenna sekarang, yaitu kondisi lehernya yang pasti sudah sangat merah dan akan membekas karena tingkah nakal Jidan.
Tiba-tiba saja Jidan berhenti dari aktivitasnya, tangannya yang tadinya di pinggang Shenna pun sekarang melonggar, nafas Jidan terdengar oleh Shenna.
“Ji?”
“Jangan bilang, lo tidur?”
Benar saja, setelah puas dengan kegiatannya yang meninggalkan banyak jejak di leher Shenna, ia justru tertidur di pelukan Shenna. Untuk kesekian kalinya, Shenna menghela nafasnya. Tak habis pikir lagi dengan Jidan.
“Ji... Nanti gue ada kelas pagi!”