#160 Hai, Zefaya.
“Yeay selesai!”
Javier dan juga Kayra melepas seluruh alat tulis yang ada di tangan keduanya setelah mendapat instruksi bahwa waktu pengerjaan soal sudah selesai. Panitia yang berada di sana pun segera mengumpulkan lembar soal dan jawaban yang sudah diisi oleh peserta.
“Tos dulu?” Kayra menoleh ke arah Javier dan mengulurkan tangannya berniat mengajak Javier untuk bertos ria. Siapa sangka Javier membalas uluran tangan tersebut.
“Tos!” senyum ceria langsung terlihat jelas di wajah Kayra, begitu pula Javier yang ikut tersenyum melihat Kayra.
“Ayo keluar. Laper ga?” tanya Javier.
Kayra ikut beranjak dari tempat duduknya, “Laper banget!”
“Padahal tadi makan mcd udah banyak banget.”
“Biarin! Yuk, cari makan dimana ya?”
“Nanti keluar dulu, gampang, sekalian keliling daerah sini.”
Bukan hanya Javier dan Kayra yang mulai meninggalkan tempat olimpiade tersebut, peserta lain pun begitu, bahkan sekarang keadaan ruangan sudah mulai sepi.
Kedua orang ini melangkahkan kakinya berniat keluar dari ruangan.
“JAVI!” suara panggilan yang cukup kencang itu tentu saja langsung terdengar di telinga Javier. Bukan hanya Javier, gadis di sampingnya pun ikut menoleh ke arah sumber suara.
Kayra dapat melihat dengan jelas seorang gadis yang sudah pasti seumuran dengannya, menggunakan seragam yang berbeda dengan miliknya sedang mendekat dengan langkah yang sedikit berlari. Dan dibelakangnya diikuti oleh satu cowok yang memiliki ciri-ciri yang sama, yang Kayra tebak merupakan partner olimnya.
Kayra membeku untuk beberapa detik.
Bagaimana tidak, gadis yang baru saja memanggil Javier itu menghampiri Javier dan langsung memeluk Javier dengan erat. Dan yang lebih membuat Kayra tercengang adalah, Javier menerima pelukan tersebut dengan senyum hangat. Yang Kayra liat ini serius?
Kayra berusaha mengalihkan pandangannya dari dua orang yang sedang berpelukan itu.
“Kok tiba-tiba panas ya? Perasaan AC masih nyala semua.” batin Kayra.
Cie, Kayra kepanasan ya? Kiw…
Setelah adegan pelukan yang membuat Kayra merasa sedikit gerah, keduanya melonggarkan pelukan tersebut, namun Javier masih tetap merangkul gadis itu.
“Lo… Kayra kan? Partner Javier?” tanya gadis yang sedang dirangkul Javier.
Kayra mengangguk.
Gadis tersebut tersenyum, lalu mengulurkan tangannya, “Kenalin gue Zefaya. Bisa dipanggil Zef, Zefa, atau Aya juga bisa, senyamannya aja. Kalau yang bareng gue ini namanya Jazel, partner olim gue.”
“Jazel.”
Kayra pun mengulurkan tangannya lalu berjabat tangan dengan orang yang katanya bernama Zefaya itu dan juga partner gadis tersebut, “Kayra, boleh panggil Kay atau ra.”
Zefaya mengangguk, “Kay aja, deh.”
Sebenarnya, Zefaya sudah menyadari tatapan kurang mengenakkan dari Kayra sejak tadi. Ia sedikit tersenyum lalu menoleh ke Javier.
“Kenapa ngeliatin gua gitu?” tanya Javier.
“Dia tau gue, gak, Jav?”
“Engga.”
“Pantes.”
“Pantes?”
Zefaya menggeleng sambil ia melepas rangkulan Javier lalu mendekat ke Kayra, “Javier ini sepupu gue, Kay.”
“Oh, kirain.”
“Kirain apa? Pacar? Ogah banget gue pacaran sama dia. Kalaupun bisa ya, gua juga ga mau sama dia, Kay. Judes banget cowok ini tuh.”
Kayra terkekeh pelan, “Kalau itu gue tau, hahaha.”
Selanjutnya, empat orang tersebut keluar dari ruang itu bersamaan, berniat untuk mencari makan siang bersama juga.
Kayra dan juga Zefaya berada di depan dan asik berbincang-bincang satu sama lain. Walaupun lebih banyak menggosip tentang Javier yang jelas-jelas ada di belakang mereka.
“Kok cepet banget akrabnya?”