✧.* 316 Jidan dan Caranya Sendiri.


Ting! Tong!

Sudah tiga kali Jidan menekan bel yang ada di pintu apartemen milik Shenna, namun belum juga ada tanda-tanda gadisnya akan membukakan pintu untuknya. Akhirnya, Jidan memilih untuk menekan pin yang sudah ia hafal sejak lama, lalu masuk ke dalam ruangan tersebut. Mungkin Shenna sedang tertidur di kamarnya.

Bukan Jidan namanya kalau ia datang hanya dengan tangan kosong. Ditangan kanannya, sudah terdapat banyak cemilan dan tak lupa juga coklat yang ingin ia berikan kepada sang kekasih.

Dan di tangan kirinya, terdapat sebuah bantal, mungkin? Ah iya, ternyata benar, itu bantal penghangat. Jidan bertanya kepada Kysha mengenai hal yang dapat membantu saat perempuan sedang mengalami datang bulan, dan Kysha merekomendasikan barang tersebut. Tentu saja Jidan langsung mencarinya saat perjalanan pulang tadi.

Jidan mengetuk pintu kamar Shenna. Benar saja, Shenna sedang tertidur dengan posisi memegang perutnya. Jidan sedikit meringis melihat gadisnya. Sesakit itu ya ternyata.

Sebelum ia menghampiri gadisnya, tak lupa ia menghangatkan bantal yang sudah ia bawa, sesuai dengan Instruksi saat ia membeli. Jidan duduk di pinggir kasur, lalu mengusap lembut surai dari sang kekasih.

“Sakit banget, ya, perutnya?”

Shenna yang sadar Jidan sudah ada di sampingnya hanya mengangguk lemah.

“Sebentar ya.”

Setelah bantal penghangat sudah siap, Jidan mengambilnya, lalu beranjak naik ke kasur Shenna. Jidan memposisikan bantal hangat tersebut ke perut Shenna, sebelum akhirnya ia juga mendekat dan memeluk sang kekasih.

Dengan penuh kasih, Jidan memeluk Shenna dengan erat, mencoba memberikan ketenangan kepada gadisnya yang sedari tadi merintih karena sakit yang dirasakan di bagian perut Shenna.

Mengelus punggung Shenna, tak lupa mengusap lembut kepala bagian belakangnya. Jidan beberapa kali mengecup pucuk kepala dari gadisnya itu. Sedangkan Shenna, ia hanya menutup matanya mencoba menerima kehangatan di bagian perutnya, dan pelukan hangat dari lelaki kesayangannya ini.

“Perut, udahan dong sakitnya. Kasian nih pacar aku jadi kesakitan gini. Sini sakitnya ke aku aja, jangan ke pacar aku. Cepet membaik, ya, perut. Aku mau liat pacar aku galak lagi, nggak seru nih kalau diem-diem gini.” ucap Jidan dengan pelan, dan tangannya sambil mengusap lembut perut Shenna.

Tanpa sadar, senyum langsung terukir di bibir tipis Shenna. Ia sedikit terkekeh dengan kelakuan konyol Jidan, namun kelakuan anehnya ini, justru membuatnya lebih tenang dari sebelumnya.

Jidan selalu memiliki caranya sendiri membuat Shenna luluh. Selalu paham dengan apa yang dirasakan Shenna. Dan Jidan selalu tau, apa yang Shenna butuh, bahkan kadang hal yang Shenna tak pikirkan, ya seperti sekarang ini.