#290.
Tw // slap , physical violance , family issues.
Di tempat ini, di salah satu cafe yang letaknya tak jauh dari rumah papa Candy, tempat dimana dulu Candy sempat tinggal, Dua orang saling berhadapan, namun masih saling diam satu sama lain.
Candy berusaha sekuat mungkin untuk menunjukkan bahwa, dirinya baik-baik saja sekarang.
“Gimana sekolahnya?”
“Baik, kaya biasanya.”
Lagi-lagi hening diantara mereka, hanya beberapa suara gaduh dari pelanggan lain yang berada di cafe itu. Tidak terlalu ramai memang, mungkin hanya dua atau tiga meja saja yang terisi di cafe bagian dalam. Lebih banyak pengunjung yang memilih duduk di bagian luar cafe tersebut.
“Kenapa gak pernah mampir lagi ke rumah?”
Candy tidak menjawab, ia masih terdiam mendengar pertanyaan itu.
“Papa ada salah sesuatu kah sama kamu?”
“Banyak!“
Candy hanya mampu menjawab dalam batinnya, bukan ia tidak mau menjawab, ia hanya tidak tau bagaimana cara menyampaikan pikirannya melalui kata-kata.
“JAWAB CANDY!”
Terdengar suara bentakan yang membuat beberapa orang yang ada di dalam cafe itu sedikit terkejut dan menoleh. Tidak terkecuali Candy. Ia tidak menyangka orang di depannya akan membentaknya di tempat seperti ini.
“Aku gak mau kesana lagi.”
“Ck”
Papanya Candy berdecak mendengar jawaban Candy, terlihat senyum miringnya.
“Mama kamu di rumah lagi hamil besar, bukannya tinggal disana biar bisa bantu-bantu. Malah kabur, seneng ya biar gak disuruh-suruh? Seneng ya, bisa bebas? Apa gunanya punya anak perempuan udah gede begini?”
“Jadi, papa mau aku disana cuma buat bantuin mama tiri?”
“Dia tetep mama kamu candy!”
“Bukan! dia cuma salah satu orang pendukung, yang ngehancurin semua keluarga aku.”
PLAK.
Terdengar suara nyaring setelah tangan papa Candy mendarat di pipi Candy. Rasa perih di pipi Candy membuat Candy langsung memegang pipi yang baru saja mendapat tamparan itu. Tangan kanan Candy mengepal dengan kuat, berusaha untuk menahan emosinya.
“Jaga omongan kamu, ya!”
Candy merarik nafasnya pelan, “Apa yang salah dari ucapan aku? Selain papa yang ga bisa jaga hati papa buat mama dengan baik, dia memang jadi salah satu faktor pendukung, kan. Tetep aja faktanya dia orang ket-”
PLAK.
Belum sempat Candy menyelesaikan kalimatnya, satu tamparan berhasil sampai lagi ke pipi Candy. Candy menelah ludahnya kasar, kali ini ia sudah tidak bisa menahan emosinya lagi.
“Tampar lagi.” ucap Candy.
Kali ini papanya Candy terdiam dengan nafas yang berat karena emosinya juga memuncak.
“TAMPAR AKU LAGI, SEKARANG!”
“Udah puas? Udah puas nampar aku dua kali, di tempat umum kayak ini? Seneng bisa lampiasin emosinya, Pah?”
“Papa harus tau, tujuan aku kesana biar papa bisa tanggung jawab sama anak perempuan papa satu ini. Biar aku bisa ngerasain yang namanya kasih sayang dari seorang ayah, yang gak pernah aku dapetin sedikit pun dari kecil!”
“Aku kesana bukan buat jadi pembantu, Pah. Bukannya aku gak mau bantu. Tapi tujuan aku kesana, bukan buat itu.”
“Sakit hati aku pah, aku juga punya perasaan. Aku juga bisa lemah, aku juga bisa nangis. Aku juga bisa capek, buat ngadepin situasi ini.”
“Papa pikir, dengan denger kabar kalau mama tiri hamil lagi, bikin aku seneng? Papa pikir, liat kalian semua disana tertawa bahagia karna bakal ada adik baru, aku bakal ikut seneng? Engga, Pah! Engga sama sekali. Aku anak perempuan pertama papa aja, papa ga pertanggung jawabin dengan baik, mau punya anak lagi? Hahaha. Kalau gitu aku aja yang pergi.”
Papanya Candy terdiam membisu, mendengar kalimat panjang yang diberikan oleh anaknya itu.
Candy merapikan barang-barangnya dan berdiri lagi,
“Papa, patah hati pertama dan paling menyakitkan dalam hidup aku. Jadi aku mohon, ini terakhir kali nya kita ketemu, Pah. Jangan cari aku lagi.”
Itu, kalimat terakhir yang Candy ucapkan. Sebelum akhirnya meninggalkan papanya, yang terduduk diam dicafe tersebut.